KHALIFAH ‘ALI
Tugas Makalah Ini Untuk Memenuhi Mata Kuliah
SEJARAH PERADABAN ISLAM
Dosen pengampu: Tasmin MAg
Di susun oleh:
NAMA : BUKHORI
NIM : 903300509
PRODI TAFSIR HADITS JURUSAN USHULUDDIN
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) KEDIRI
TAHUN 2009-2010
PENDAHULUAN
Berbeda dengan biografi ketiga tokoh al-Khulafa ar-Rasyidin, Ali bin Abi Talib punya kedudukan tersendiri dalam sejarah umat islam. Selain masih saudara sepupu Nabi Muhammad, ia juga menjadi menantunya karena pernikahannya dengan Fatimah putri Nabi. Dari perkawinan ini lahir Hasan dan Husain. Permusuhan antar Bani Umayah dengan Bani Hasyim, yang pada tahun-yahun permulaan Islam telah terkikis habis, setelah terbunuhnya Khalifah Usman bin Affan, pemyakit lama jahiliah kambuh lagi, dan mencapai puncaknya setelah di bunuhnya Husain, putra kedua dari Ali bin Abi Talibdan sebagai besar anggota keluarganya di Karbala oleh pasukan Yazid. Bani Hasyim berusaha hendak menuntut bela dan mengklaim hak waris politik mereka dalam kekhalifahan. Hal ini menimbulkan pertentangan yang lebih parah terus menerus.
Ali bin Abi Talib dikenal sebagai salah seorang sahabat besar, berakhlak mulia, zahid yang di jadikan teladan, bersikap lemah lembut terhadap siapapun, dan dari keluarga Nabi, dengan kecendrungan pada keadilan dan kebenaranyang sangat kuat. Dia memang intelek, cerdas dan pemberani. Watak dan sifat-sifatnya yang terpuji memangdi buktikan oleh para sejarah. Sudah di akui secara umum , seperti yang di katakana oleh para sejarawan. Ia disegani dan menjadi tempat bertanya para shabat dan siapa saja, dan sekaligus dicintai.
Karena sebagian halaman sejarah habis untuk penampilan soal-soal konflik dan perang, kita tidak mendapat gambaran yang jelas misalnya tentang mula lahirnya ilmu nahu Sharaf , yang menurut sebagian sumber lahir mula-mula pada masa Ali bin Abi Talib dan Abu Aswad ad-Duali, sekalipun dalam bentuknya yang masih sederhana, sehingga tak sampai satu abad kemudian di Basrah lahir ilmu nahu, yang diteruskan dengan kamus bahasa Arab yang pertama dan ilmu arud (prosodi) dalam syair seperti yang dikenal sekarang,di ciptakan oleh Imam Khalil bin Ahmad (w 170 H/786 M) dan dilanjutkan oleh murid-muridnya yang tidak sedikit, seperti Sibawaih dan al-Asma’I, yang dalam sejarah Islam dikenal sebagai bintang-bintang bahasa dan sastra Arab yang ikut menyinari sejarah kebudayaan Islam yang mula-mula.
Rumusan Masalh
1.Siapakah Ali bin Abi Talib?
2.Bagaimana mekanisme pengangkatan dan pemilihan Khalifah?
3.Bagaimana kebijakan politik Khalifah?
4.bagaimana akhir dari pemerintahan Khalifah?
A.Biografi Khalifah
Perkawinan Abu talib ibn Abdul-Muttalib bin Hasyim bin Abdu manaf dengan Fatimah binti Asad bin Hasyim bin Abdu-Manaf merupakan pertama kali terjadi antara sesame Keluarga hasyim. Moyang mereka bertemu pada Hasyim, meskipun Asad hanya saudara seayah dengan Abdul-Muttalib.
Dari pasangan ini kemudian lahir anak laki-laki, yang oleh ibunya ketika lahir diberi nama Haidarah, atau Haidar-yang berarti singa, seperti nama ayahnya, Asad, yang juga berarti8 singa. Tetapi Abu Talib memberi nama Ali-yang berarti luhur,tinggi dan agung, nama yang kemudian lebih dikenal, nama yang memang sesuai dengan sifat-sifatnya. Ali orang yang pertama dari kalangan Kuraisy yang lahir dari ibu-bapa sama-sama dari Bani Hasyim. Sebelum itu keluarga Bani Hasyim selalu bersemenda dengan keluarga lain diluar mereka.
Ia di lahirkan di Mekah, tepatnya di ka’bah, Masjidiloharam, kota kelahiran Bani Hasyim, jum’at 13 rajab (sekitar tahun 600 Masehi). Orang berbeda pendapat mengenai tahun kelahirnya ini. Kalau dikatakan ia lahir tiga puluh dua tahun setelah tahun kelahiran Nabi Muhammad, mungkin di dasrkan catatan sejarah, yang pada umumnya menyebutkan, bahwa sepupunya itu lahir pada tahun 570 Masehi.[1]
Ia adalah sepupu Nabi saw, yang telah ikut bersamanya sejak bahaya kelaparan mengancam kota madinah, demi untuk membantu keluarga pamannya yang mempunyai banyak putra. Abbas, paman Nabi yang lain membantu Abi Talib dengan memelihara Ja’far, anak Abi Talib yang lain. Ia telah masuk Islam dalam waktu yang masih berada pada umur sangat muda. Ketika Nabi menerima wahyu yang pertama, menurt hasan, Ali berumur 13 tahun, atau 9 tahun menurut Mahmudunnasir. Ia menemani Nabi dalam perjuangan menegakan Islam, baik di Mekah maupun di Medinah, dan dia diambil menantu oleh Nabi saw, dengan mengawinkannya dengan Fatimah, salah seorang putri Rasulullah, dan dari sisi inilah keturunan Nabi saw berkelanjutan. Karena kesibukannya merawat dan memakamkan jenajah Rasulullah saw, ia tidak berkesempatan membaiat Abu Bakar sebagai Khalifah, tetapi ia baru membaiatnya setelah Fatimah wafat[2]
B.Mekanisme pemilihan dan pengangkatan Khalifah
Muslimin dalam kesedihan sangat mendalam, dan dalam kebingungan setelah kematian Usman. Selama lima hari berikutnya mereka tanpa peminpin. Sejarah sedang kosong buat Madinah, selain pemberontak yang selama itu pula membuat kekacauan dan menanamkan ketakutan di hati orang.
Kaum pemberontak mengadakan pendekatan kepada Ali bin Abi Talib dengan maksud mendukungnya sebagai khalifah, di pelopori oleh al-Gafiqi dari pemberontak Mesir sebagai kelompok terbesar. Tetapi Ali menolak. Setelah Khalifah Usman tak ada orang lain yang pantas menjadi Khalifah daripada Ali bin Abi Talib. Dalam kenyataanya Ali merupakan tokoh oaling populer saat itu. Di samping itu, memang tak seorang pun ada yang mengklaim atau mau tampil mencalonkan diri atau di calonkan untuk menggantikan Khalifah Usman-termasuk Muawiyah bin Abi Sufyan-selain nama Ali bin Abi Talib.di samping itu, mayoritas umat muslimin di Madinah dan kota-kota besar lainnya sudah memberikan pilihannya pada Ali, kendati ada beberapa kalangan, kebanyakan dari Bani Umayah yang tidak mau membaiat Ali, dan sebagian mereka ada yang pergi ke Suria.
Selain mereka, ada beberapa sahabat penting di Madinah, dari Muhajirin dan Ansar, seperti Sa’d bin Abi Waqqas, Muhammad bin Maslamah, Usamah bin Zaid, Hasan bin Sabit, Ibnu Umar dan beberapa yang lain, yang juga belum bersedia membaiatnya
Rupanya Sa’d bin Abi Waqqas tidak ingin jika masih ada golongan diluar yang tidak sepakat. Ia baru akan membaiatnya apabila muslimin yang lain juga membaiat. Pendiriannya itu diikuti juga oleh sahabat-sahabat yang lain. Seperti Ali mereka juga tidak ingin ada perpecahan dalam umat. Namun karena berbagai desakan, Ali meminta masalah ini di bawa ke masjid Nabawi. Ternyata kebanyakan dari sahabat di Madinah melihat dialah yang paling tepat menjadi khalifah setelah Usman ra.
Beberapa hari setelah pembunuhan Usman, stabilitas keamanan Kota Madinah menjadi rawan. Gafiqy ibn Harb memegang keamanan ibu kota Islam itu selama kira-kira 5 hari sampai terpilihnya Khalifah yang baru. Kemudian Ali bin Abi Talib tampil menggantikan Usman, menerima sumpah setia (baiat) dari sejumlah kaum Muslimin. Sjadzali menerangkan bahwa Madinah saat itu sedang kosong, para sahabat banyak yang berkunjung ke wilayah-wilayang yang baru di taklukan. Para sahabat tinggal sedikit yang berada di Madinah, mereka itu antara lain ialah alhah ibn Ubaidillah dan Zubair ibn Awwam. Sedangkan mereka itu semuanya menyokong Ali, seperti Sa’ad ibn Abi Waqqas dan Abdullah ibn Umar. Ali menanyakan di mana keberadaan mereka itu, karena mereka lah yang berhak menentukan siapa yaqng bakal menjadi khalifah lantaran keseniorannya dan mengikuti perang Badr. Maka, munculah Talhah, Zubair dan Sa’ad membaiat Ali yang kemudian diikuti oleeh banyaki orang baik dari kalangan Ansar maupun Muhajirin, dan yang paling awal membaiat Ali adalah Talhahibn Ubaidillah[3]
C.Kebijakan pemerintahan Khalifah
Amirul mukminin terus melangkah mengadakan pembersihan dalam lingkungan pejabatnya. Untuk menggantikan para gubernur lama ia mengangkat sepupunya Abdullah bin Abbas untuk Yaman menggantika Ya’la bin Umayyah. Ia tidak menemui kesulitan, karena ketika Abdullah ibn Abbas tiba Ya’la sudah pergi ke Makah dengan membawa hartanya. Banyak orang yang pergi ke Makah, karena di tempat suci ini, sebagai tempat berlindung orang merasa lebih aman, tak boleh diganggu.
Yang pertama di selesaikan oleh Khalifah Ali ialah menghidupkan cita-cita Abu Bakar dan Umar, menaraik kembali semua tanah dan hibah yang telah di bagikan oleh Usman kepada kaum kerabatnya ke dalam kepemilikan Negara. Ali juga segera menurunkan semua gubernur yang tidak disenangi rakyat. Uman ibn Hanif diangkat menjadi penguasa Basrah menggantikan Ibnu Amir, Qais dikirim ke Mesir untuk menggantikan gibernur negeri itu yang di jabat oleh Abdullah. Gubernur Suriah, Muawiyah, juga diminta meletakan jabaan, tetapi ia menolak perintah Ali. Bahkan ia tidak mengakui kekhalifahannya.
Oposisi terhadap khalifah secara terang-terangan dimulai oleh Aisyah, Talhah dan Zubair. Meskipun masing-masing mempunyai alasan pribadi sehubungan dengan penentangan terhadap Ali.[4] Mereka sepakat menuntut khalifah segera menghukum para pembunuh Usman. Tuntutan yang sama juga diajukan oleh muawiyah, dan bahkan ia memanfaatkan peristiwa berdarahitu untuk menjatuhkan legalias kekuasaan Ali, dengan membangkitkan kemarahan rakyatdan menuduh Ali sebagai orang yang mendalangi pembunuhan Usman, jika Ali tidak dapat menemukan dan menghukum pembunuh yang sesungguhnya.
Tetapi tuntutan mereka itu tidak mungkin dikabulkan oleh khalifah.. pertama, karena tugas utama yang mendesak dilakukan dalam situasi kritis yang penuh intimidasi seperti saat itu ialah memulihkan ketertiban dan mengkonsolidasikan kedudukan kekhalifahan. Kedua, menghukum para pembunuh bukanlah perkara mudah, khalifah Usman tidak dibunuh oleh hanya satu orang saja, melainkan banyak orang dari mesir,Irak dan Arab secara langsung terlibat dalam perbuatan makar tersebut.
Khalifah Ali sebenarnya ingin menghindari pertikaian dan mengajukan kompromi kepada Talhah dan kawan-kawan, tetapi tampaknya penyelesaian damai sulit dicapai. Maka kontak senjata tak dapat dielakan lagi. Talhah dan Zubair terbunuh ketika hendak melarikan diri, sedangkan Aisyah dikembalikan ke Madinah. Peperangan ini terkenal dengan nama “Perang Unta” (Jamal), yang terjadi pada tahun 36 H, karena Aisyah, janda Nabi saw. Menaiki unta dalam pertempuran tersebut. Dalam pertempuran tersebut 20.000 kaum Muslimin gugur
Perang unta menjadi sangat penting dalam catatan sejarah Islam, karena peristiwa itu memperkihattkan sesuatu yang baru dalam Islam, yaitu untuk pertama kalinya seorang Khalifah turun ke medan laga meminoin langsung angkatan perangnya, dan justru bertikai melawan saudara sesame Muslim
Segera sesudah menyelesaikan gerakan Talhah dan kawan-kawan, pusat kekuasaan Islam dipindahkan kekota Kufah. Sejak itu berakhirlah Madinah sebagai ibu kota kedaulatan Islam dan tidak ada lagi seorang khalifah yang berkuasa berdiam disana. Sekarang Ali adalah peminpin dari seluruh wilayah Islam, kecuali Suriyah.[5]
Dengan dikuasainya Suriyah oleh Muawuyah, yang secara terbuka menantang Ali, dan penolakannya atas perintah meletakan jabatan gubernur, memaksa Khalifah Ali untuk bertindak. Pertempuran sesame Muslim terjadi lagi, yaitu antara angkatan perang Ali dan pasukan Muawiyah dikota ttua Siffin dekat sungai Euphrat, pada tahun 37 H. khalifah Ali mengerahkan 50.000 pasukan untuk menghadapi Muawiyah. Sebenarnya pihak Muawiyah telah terdesak kalah, dengan 7.000 pasukannya terbunuh, yang menyebabkan mereka mengangkat Al-Qur’an sebagai tanda damai dengan cara tahkim. Khalifah diwakili oleh Abu Musa al-Asy’ari sedangkan Muawiyah diwakili oleh ‘Amr ibn Ash yang terkenal cerdik. Dalam tahkim tersebut Khalifah dan Muawiyah harus meletakan jabatan, pemilihan baru harus dilaksanakan. Abu musa pertama kali menurunkan Ali sebagai khalifah. Tetapi ‘Amr bertindak sebaliknya, tidak menurunkan Muawiyah tetapi justru mengangkatnya sebagai Khalifah, karena Ali telah diturunkan oleh Abu Musa. Peperangan Siffin yang di akhiri melalui tahkim (abritase), yakni perselisihan yang diselesaikan oleh dua orang penengah sebagai pengadil, wasit ternyata tidak menyelesaikan masalah, kecuali menegaskan bahwa gubernur yang maker itu mempunyai kedudukan yang setingkat dengan khalifah,dan menyebabkan lahirnya golongan khawarij, orang-orang yang keluar dari barisan Ali, yang berjumlah kira-kira 12.000 orang.
Khawarij yang bermarkas di Nahrawan benar-benar merepotkan Khalifah, sehingga memberikan kesempatan kepada pihak Muawiyahuntuk memperkuat dan dan meluaskan kekuasaannya sampai mampu merebut Mesir. Akibatnya sungguh sangat fatal bagi Ali. Tentara Ali semakin lemah, sementara kekuasaan Muawiyah bertambah besar. Keberhasilan Muawiyah mengambil propinsi Mesir, berarti merampas sumber-sumber kemakmuran dan supali ekonomi dari pihak Ali
Karena kekuatannya telah banyak menurun, terpaksa Khalifah Ali menyetujui perjanjian damai dengan Muawiyah, yang secara politis berarti Khalifah mengakui keabsahan kepemilikan Muawiyah atas Suriah dan Mesir. Kompromi tersebut tanpa diduga ternyata mengeraskan amarah kaum Khawarij untuk menghukum orang-orang yang tidak disukai.
D.Akhir pemerintahan
Pada tahun 40 H, Khawarij yang akan melaksanakan pembunuhan terdiri dari tiga orang dan telah mencapai kesepakatan mengenai tempat, tanggal dan waktu pelaksanaannya. Yang pertama Abdullah bin Muljam al-Himyari al-muradi yang akan berangkat ke Kufah untuk membunuh Amirulmukminin Ali, yang kedua al-Burak atau al-Hajjaj bin Abdullah at-Tamimi akan ke Syam untuk membunuh Muawiyah, dan yang ketiga Amr bin Abu Bakr at-Tamimi akan pergi ke Mesir dengan tugas membunuh Amr bin As. Pelaksanaannya di tentukan dalam waktu yang sama, yakni saat mereka pergi ke mesjid akan melaksanakan shalat subuh, Tepat pada tanggal 17 Ramadhan 40 H (661). Selama beberapa bulan itu mereka masih tinggal di Makah sambil melakukan umrah. Setelah itu mereka berangkat ke tujuan masing-masing.
Pada waktu yang sudah di tentukan itu, di masjid Damsyik Hajjaj sudah menunggu Mu’awiyah yang akan melaksanakan salat subuh. Tetapi ia tidak berhasil karena saat mengayunkan pedangnya ia di sergap oleh pengawal Mu’awiyah sehingga pedang itu hanya mengenai bokong nya, dan orang itu menemui ajalnya atas perintah Muawiyah.
Amr bin Bakr juga tidak berhasil, karena pada waktu yang sudah di tentukan itu Amr bin ‘As sedang sakit sehingga tidak pergi ke masjid, dan di gantikan oleh Kharijah bin Habib as-Sahmi, maka orang ini yang menjadi korban dan tewas oleh pedang Amr bin Bakr, dan Amr pun kemudian di bunuh atas perintah Amr bin ‘As
Tinggal Abdurrahman bin Muljam, yang sudah berada di Kufah menunggu saat yang di tentukan. Temgah malam itu ia keluar di Bantu oleh seorang teman, konon sepupunya bernama Syahib. Mereka bersembunyi di masjid, menunggu sambil menghadap ke pintu masuk yang biasa di lalui oleh Amirulmukminin. Pada tanggal 17 Ramadhan itu, begitu terlihat Imam Ali yang dating sambil berulang-ulang menyerukan salat, mereka menyambutnya di depan pintu masjid dengan pukulan pedang. Pedang Abdurahman bin Muljam mengenai dahinya tembus sampai ke otak, sedang pukulan Syahib meleset. Ali pun roboh tersungkur sambil berkata : tangkap orang itu !!
Abdurahman bin Muljam tertangkap dan temannya terbunuh ketika melarikan diri. Ali dibawa kerumahnya dan tinggal selama dua hari satu malam. Sebelum ajal tiba, Ali tidak menebut-nyebut nama penggantinya, dan ketika di mintai pendapatnya mengenai kemungkinan hasan anaknya yang akan menjadi penggantinya ia menjawab: “saya tidak melarang kalian dan memerintahkan”
Dengan sedikit perbedaan mengenai waktu dan tempat, umumnya kalangan sejarawan mengatakan, bahwa serangan terhadap Amirulmukminin Ali bin Abi Talib terjadi pada 17 Ramadhan dan wafat pada 20 Ramadhan 40 H/661 M.gugur sebagai Syahid dalam usia 63 tahun. Jenazah khalifah Ali di mandikan oleh Hasan, Husain dan sepupunya Abdullah bin ja’far, setelah itu hasan bertakbir tujuh kali. Sedangkan wilayah islam sudah meluas lagi baik ke timur, Persia, Maupun ke bara, Mesir.
KESIMPULAN
. Ali orang yang pertama dari kalangan Kuraisy yang lahir dari ibu-bapa sama-sama dari Bani Hasyim. Sebelum itu keluarga Bani Hasyim selalu bersemenda dengan keluarga lain diluar mereka.Ia di lahirkan di Mekah, tepatnya di ka’bah, Masjidiloharam, kota kelahiran Bani Hasyim, jum’at 13 rajab (sekitar tahun 600 Masehi).
Yang pertama di selesaikan oleh Khalifah Ali ialah menghidupkan cita-cita Abu Bakar dan Umar, menaraik kembali semua tanah dan hibah yang telah di bagikan oleh Usman kepada kaum kerabatnya ke dalam kepemilikan
DAFTAR PUSTAKA
Audah,Ali. Ali Bin Abi talib (Jakarta:Pustaka litera antar Nusa),
At-Tabari, op, cit . 460-470
Hasan, sejarah, op. cit 59-61
Mahmudunnasir, op. cit, 196-197
Sjadazali, op. cit 27-=28