EMPIRIS LOGIS
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam sains, hal yang terpenting adalah adanya bukti empiris. Tanpa adanya bukti empiris, maka suatu tesis tidak akan diakui sebagai fakta ilmiah. Dalam sains, hal yang terpenting adalah adanya bukti empiris. Tanpa adanya bukti empiris, maka suatu tesis tidak akan diakui sebagai fakta ilmiah.
Empiris Logis adalah sesuatu ha yang realitas yang dapat ditangkap oleh akal sehat. (Deduktif, Induktif, Reflektif). Hasil kajiannya berupa ilmu logika/matematika. Analisis logis Modern dapat diterapkan pada pemecahan-pemecahan problem filosofis dan ilmiah. Empirisme Logis berpegang pada pandangan-pandangan berikut :
1. Ada batas-batas bagi Empirisme. Prinsip system logika formal dan prinsip kesimpulan induktif tidak dapat dibuktikan dengan mengacu pada pengalaman.
2. Semua proposisi yang benar dapat dijabarkan (direduksikan) pada proposisi-proposisi mengenai data inderawi yang kurang lebih merupakan data indera yang ada seketika
3. Pertanyaan-pertanyaan mengenai hakikat kenyataan yang terdalam pada dasarnya tidak mengandung makna. Dalam hal ini kami akan mencoba untuk menguraikan tentang siklus empiris dan penjelasan ilmiah dalam empiris logis
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Empiris logis
2. Siklus Empiris
3. Penjelasan Ilmiah
BAB Il
PEMBAHASAN
A. Pengertian Empiris Logis
Empirisme logis adalah sebuah aliran pemikiran yang mulai memusatkan perhatian kepada permasalahan bahasa. Hal ini dapat dilihat dari kategori yang dibuatnya, yaitu analitik dan sintetik. Namun, nuansa empirisistik yang melabeli aliran ini tetap kental terasa. Dan nuansa tersebut dapat dirasakan dengan kategori sintetik dan metode verifikasi.
Kategori sintetik adalah sebuah kategori yang memasukkan proposisi yang selalu dihubungkan dengan realitas objektif yang ditunjuk oleh kata-kata atau nama-nama dalam sebuah proposisi. Sesuatu menjadi benar jika ada kesesuaian antara nama dan realitas objektif, yang diuji melalui verifikasi inderawi. Dengan kata lain, nama yang menunjukkan ketidaksesuaian dengan realitas objektif, menjadi sesuatu yang salah. Namun, tidak hanya berhenti di sini, empirisme logis sangat menekankan bahwa indera adalah alat verifikasi satu-satunya terhadap proposisi sintetik. Sehingga, proposisi yang tidak dapat diuji oleh indera adalah proposisi yang semu atau pseudo-proposisi.
B. Siklus Empiris
Siklus Empirik hendaknya dipandang sebagai suatu model yang didalamnya secara berturut-turut disebutkan tahap-tahap penyelidikan meskipun dalam kenyataanya tahap-tahap tersebut acap kali saling bertindihan dan serig ula timbul secara bersamaan. Siklus empirik bukanlah hubungan yang menyangkut urut-urutan waktu, melainkan suatu hubungan timbal balik disatu pihak terdapat aturan-aturan kebijaksanaan yang belum selesai tersusun, dilain pihak terdapat bahan-bahan empirik. Dalam hal ini A. D. Groot menjelaskan melalui bahan yang ia susun mengenai metodologi; Siklus ini meliputi lima tahapan yang olehnya disebut observasi, induksi, deduksi, kajian {ekperemintasi }dan evaluasi.
a. Observasi
Observasi Ilmiah mengusahakan obyektivitas, dalam arti bahwa ia berusaha untuk menyimak keadaan saling berhubungan yang asli yang terdapat dalam kumpulan tadi. Tetapi observasi ini senantiasa bersifat terarah dan tersaring. Bahan-bahan tadi oleh observasi ilmiah diangkat dari kumpulannya yang asli dan disoroti dalam kerangka ilmiah.
b. Induksi
Induksi dilakukan untuk memperoleh suatu pernyataan umum, yang merupakan semacam tindakan penyempurnaan. Induksi dipermudah dengan menggunakan alat-alat matematik dalam merumuskan seta menyimpulkan bahan-bahan empirik. Hal ini dilakukan secara berulang-ulang agar pernyataan-pernyataan umum tersebut memperoleh kedudukan sebagai hukum’.
c. Deduksi
Deduksi yang bersifat matematis serta logik memungkinkan pengolahan lebih lanjut bahan-bahan empirik, begitu bahan-bahan ini tercakup dalam suatu sistem pernyataan yang runtut.
d. Kajian {eksperimentasi}
Sistem semacam ini dapat menjabarkan pernyataan-pernyataan khusus tertentu, yang kemudian dapat dikaji lagi dalam kerangka observasi eksperimental atau tidak eksperimental tertentu. Dengan mengadakan kajian eksperimental semacam itu, pernyataan yang telah dijabarkan secara deduktif-artinya secara rasional-mendapatkan verifikasi atau falsifikasi secara empirik.
e. Evaluasi
Pada pokoknya siklus empirik dimulai lagi secara baru tidak hanya dalam eksperimen yang memerlukan observasi baru, melainkan juga bila mana deretan-deretan baru bahan-bahan yang diobservasikan menyebabkan diadakannya induksi dan deduksi serta menyebabkan diperluasnya serta dilengkapinya sistem yang saling berhubungan yang terdiri dari pernyataan-pernyataan teoritik.
C. Penjelasan Ilmiah
Penjelasan Ilmiah merupakan tujuan yang tertingi yang hendak dicapai oleh ilmu-ilmu empirik. Sebuah penjelasan ilmiah memberikan jawaban atas pertanyaan mengapa suatu hal terjadi atau berlangsung seperti yang terjadi atau yang berlangsung, atau seperti yang pernah terjadi atau pernah berlangsung. Jawaban semacam itu kita sebut ilmiah karena dapat dipertanggung jawabkan secara teoritik serta didukung oleh penyelidikan.
Ilmiah merupakan suatu kualifikasi positif, yang berarti bahwa jawaban-jawaban yang demikian itu memberikan kesan yang mendalam bahkan jawaban-jawaban tersebut dapat dipercaya serta mempunyai dasar yang kokoh karena tidak saja bersifat serta merta dan untung-untungan, melainkan merupakan hasil cara-cara kerja yang bersifat sistematis, kritis, serta mempunyai dasar yang kokoh, tapi bukan berarti tidak bisa diganggu gugat, ilmu empirik bukanlah satu keputusan yang berlaku sekali dan selamanya, serta tidak dapat diragukan lagi, hasil kegiatannya bersifat sementara, dalam arti masih memungkinkan untuk dilengkapi, diperbaiki bahkan ditumbangkan.
Penjelasan empirik merupakan jawaban dari pertanyaan “mengapa” yang sepintas dapat diabaikan begitu saja, padahal senantiasa mengandung muatan dan sarat. Dibalik tanda tanya yang telah dicoret selalu muncul tanda tanya yang baru. Sebuah penjelasan memberikan keterangan, kejelasan, jawaban yang menentukan. Apa yang hendak dijelaskan biasanya disebut ekxplanandum dan apa yang merupakan penjelasanya dinamai explanas.
a. Explanandum
Explanandum senantiasa berupa suatu gejala tertentu yang diamati atau ditetapkan, sesuatu yang bersifat satu demi satu, atau sesuatu yang bersifat umum {suatu hubungan,suatu hukum}, pada hakikatnya explanandum meliputi semua yang ditanyakan oleh empirik tentang mengapa atau apa sebab sesuatu terjadi dan seterusnya.
b. Explanas
Diantara premis-premis yang secara bersama-sama merupakan explanas, ada satu yang memberitahukan keadaan-keadaan yang khusus sejenis yang didalamnya terdapat gejala-gejala yang hendak diterangkan. Premis yang lain merumuskan satu atau beberapa hukum umum dalam bentuk kenyataan-kenyataan universal yang berlaku bagi gejala-gejala himpunan, yang didalamnya explanandum merupakan anggotanya. Penjelasannya kurang lebih semacam ini :
W1,....W2....,Wn
= explanas
O1,.....O2,.....On
E = explanandum
Garis gores berarti bahwa apa yang terdapat dibawahnya disimpulkan secara logik dari apa yang terdapat diatasnya. Dengan demikian skema tersebut dapat dibaca “jika keadaan-keadaan O1.......On terjadi, maka berdasarkan atas hukum W1.....Wn tidaklah dapat dielakkan bahwa E terjadi” atau sebaliknya, “Apabila E terjadi, maka yang demikian ini didasarkan atas gabungan O1.....On dan W1....Wn”. Dengan sendirinya manakala W1....Wn telah menetap, maka penjelasannya sebagai penjelasan juga benar, dengan catatan bahwa O1...On mendeskripsikan secara tepat keadaan-keadaan khusus sejenis yang didalamnya terdapat E .
BAB III
KESIMPULAN
Empirisme logis adalah sebuah aliran pemikiran yang mulai memusatkan perhatian kepada permasalahan bahasa. Hal ini dapat dilihat dari kategori yang dibuatnya, yaitu analitik dan sintetik. Namun, nuansa empirisistik yang melabeli aliran ini tetap kental terasa. Empirisme logis sangat menekankan bahwa indera adalah alat verifikasi satu-satunya terhadap proposisi sintetik. Sehingga, proposisi yang tidak dapat diuji oleh indera adalah proposisi yang semu atau pseudo-proposisi. Empirisme Logis berpegang pada pandangan-pandangan sebagai berikut :
a. Ada batas-batas bagi Empirisme. Prinsip system logika formal dan prinsip kesimpulan induktif tidak dapat dibuktikan dengan mengacu pada pengalaman.
b. Semua proposisi yang benar dapat kurang lebih merupakan data indera yang ada seketika
c. Pertanyaan-pertanyaan mengenai hakikat kenyataan yang terdalam pada dasarnya tidak mengandung makna
Apa yang hendak dijelaskan biasanya disebut ekxplanandum dan apa yang merupakan penjelasanya dinamai explanas. Hasil empiris bersifat sementara, dalam arti masih memungkinkan untuk dilengkapi, diperbaiki bahkan ditumbangkan.
Resum ini dibuat untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah
Filsafat Ilmu
Dosen Pengampu : Moch.Muwaffiqillah.M.Fil.l
Disusun Oleh ;
Ahmad Wahidin 903300309
Prodi Tafsir Hadits – Jurusan Ushuluddin
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) KEDIRI
Periode 2009 - 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Skripsi anda ya sob. Jadi pengertian logis secara sederhana apa ya
BalasHapus